Berbicara soal hotspot, terlebih dahulu kita harus paham apa hotspot itu? Karena masih banyak orang yang bertanya-tanya, bahkan sebagian mahasiswa ada yang belum paham soal hotspot yang kini sebenarnya sudah menjadi fenomena.
Hotspot merupakan sebuah wilayah terbatas (coverage area) yang dilayani oleh satu atau sekumpulan access point. Access point adalah sebuah signal penghubung yang mengoneksikan point satu dengan point lain. Umumnya access point digunakan tidak dimodifikasi antenanya sehingga kemampuannya memang dibatasi hanya untuk ruangan atau kawasan tertentu saja. Dan biasanya wilayah hotspot berada di tempat-tempat umum, seperti di bandara, kafe, mal, rumah sakit, stasiun KA maupun tempat-tempat pendidikan (Onno W. Purbo: 2006).
Jadi secara sederhana, pengertian hotspot adalah zona yang memungkinkan seseorang bisa melakukan akses intenet secara nirkabel. Akses internet secara nikrabel (W-LAN) ini awalnya dikembangkan oleh para pionir akar rumput pada tahun 1985 ketika regulator telekomuniksi Amerika Serikat, FFC, mengizinkan beberapa spektrum frekuensi radio digunakan untuk membangun jaringan tanpa kabel. Sehingga lahirlah standar pertama yang dikenal dengan IEEE 802.11b dan disebut wireless fidelity (Wi-Fi). Layanan Wi-Fi (bagi orang awam dikenal sebagai layanan hotspot) ini menggunakan sinyal radio yang bergerak pada spektrum frekuensi 2,4 GHz.
Dengan demikian, adanya titik hotspot atau layanan Wi-Fi access point di beberapa tempat umum tersebut akan memudahkan Anda untuk melakukan browsing internet. Artinya, dengan banyaknya hotspot zone di tempat-tempat umum Anda tak perlu lagi sibuk mencari warung internet terdekat yang sering kali lemot dan antri. Karena cukup hanya berada di kawasan yang terdapat wilayah hotspot, kemudian daftarkan diri untuk membeli voucher guna mendapatkan ID dan Password. Setelah itu Anda bebas menjelajahi situs-situs penting, cek dan kirim email serta download gambar sekalipun melalui
notebook yang sudah supot Wi-Fi, Smartphone maupun PDA phone Anda. Seperti itulah gambaran prosesi untuk mendapatkan akses internet nirkabel yang penggunaannya harus bayar.
notebook yang sudah supot Wi-Fi, Smartphone maupun PDA phone Anda. Seperti itulah gambaran prosesi untuk mendapatkan akses internet nirkabel yang penggunaannya harus bayar.
Berbeda dengan layanan yang bersifat gratis, biasanya kalau koneksi Wi-Fi notebook Anda sudah di-setting secara otomatis akan menangkap sinyal yang terdapat di daerah hotspot itu. Sementara di BSI, layanan Wi-Fi-nya hanya boleh digunakan mahasiswa secara gratis dengan syarat harus minta izin kepada admin guna mendapatkan ID dan password. Layanan gratis seperti ini banyak kita jumpai di lembaga-lembaga pemerintahan dan di sekolah tinggi maupun universitas dengan tujuan guna memberikan kemudahan fasilitas bagi public maupun mahasiswanya. Dengan kata lain, dengan dihadirkannya hotspot zone segala yang berhubungan dengan akademik akan lebih mudah dilakukan secara online, sehingga tidak ada alasan terlambat untuk pendaftaran ulang, mengecek kartu rencana studi (KRS untuk BSI), melihat jadual kuliah dan lainnya. Karena cukup dilakukan dari tuts notebook maupun keypad/stylus PDA phone.
Selain itu, hadirnya wilayah hotspot yang sudah merambah di dunia pendidikan memudahkan Anda bisa mengakses internet untuk memperoleh data-data penting yang berhubungan dengan mata kuliah sebagai bahan referensi untuk pengembangan pengetahuan maupun tugas dari dosen.
Soal Kecepatan
Kehadiran wilayah hotspot ini menjadi perhatian besar karena memang bisa memberikan banyak manfaat dan kemudahan bagi user. Salah satu manfaatnya dari segi kecepatan adalah proses pengiriman datanya cukup mengagumkan sampai mencapai kurang lebih 11 Mbps (pada 802.11b) atau sekitar 200 kali lebih cepat dari dial up modem dan 5 kali lebih cepat dari kecepatan telepon seluler 3G. (Meski pada kenyataannya saat Anda mencoba akses internet nirkabel, kecepatannya tidak seperti yang dijelaskan di atas. Karena memang banyak faktor yang bisa ikut memperlambat kinerja layanan Wi-Fi access point/hotspot tersebut. Jadi perlu dimaklumi).
Kehadiran wilayah hotspot ini menjadi perhatian besar karena memang bisa memberikan banyak manfaat dan kemudahan bagi user. Salah satu manfaatnya dari segi kecepatan adalah proses pengiriman datanya cukup mengagumkan sampai mencapai kurang lebih 11 Mbps (pada 802.11b) atau sekitar 200 kali lebih cepat dari dial up modem dan 5 kali lebih cepat dari kecepatan telepon seluler 3G. (Meski pada kenyataannya saat Anda mencoba akses internet nirkabel, kecepatannya tidak seperti yang dijelaskan di atas. Karena memang banyak faktor yang bisa ikut memperlambat kinerja layanan Wi-Fi access point/hotspot tersebut. Jadi perlu dimaklumi).
Maka dengan penggunaan yang simpel serta memiliki kecepatan yang mengagumkan, teknologi nirkabel ini akan sangat ideal untuk keperluan Anda yang mobilitasnya tinggi. Sehingga di mana saja Anda butuh terhubung ke internet cukup datang ke tempat-tempat yang terdapat wilayah hotspot. Tak terkecuali buat mahasiswa yang sedang sibuk mengerjakan tugas kampus maupun tugas akhir (skripsi, tesis maupun desertasi) bisa dikerjakan di mana saja, baik di kafe maupun hotel sekalipun.
Namun di sisi lain, kemudahan dan kecepatan tranportasi data yang diberikan oleh layanan akses Wi-Fi tersebut ternyata tidak lepas dari gangguan yang cukup mengancam. Karena para hacker bisa menyusup melalui layanan ini ke notebook, Smartphone maupun PDA phone Anda. Jadi ini penting diperhatikan oleh user agar lebih hati-hati ketika berselancar di dunia maya, sebab kita tidak tahu bahwa sebenarnya setiap saat ada yang mengintai jaringan Anda untuk mengacak data-data penting. Pengalaman buruk ini sudah terbukti melalui percobaan oleh para ahli IT pendahulu. Jadi Anda harus menyiapkan pengamanan diri setiap saat (seperti firewall) agar ketika akses internet terbebas dari penjahat-penjahat dunia maya.
Terlepas dari gangguan keamanan itu, era akses internet di mana-mana memang sudah di depan mata sejak ditemukannya akses internet berpita lebar nirkabel berbasis Wi-Fi, sentra-sentra akses alias hotspot yang kini bertebaran di berbagai tempat publik. Oleh karena itu, para mahasiswa harus memanfaatkan teknologi canggih berbasis internet ini guna mendukung belajar mengajarnya agar di kemudian hari setelah lulus tidak gagap teknologi.
Sebab ada kasus menarik sekaligus mengecewakan di kampus BSI ini. Dimana ketika Inspirasi terjun langsung ke kampus Depok sekitar dua bulan yang lalu dan mewawancarai seratus mahasiswa dari berbagai jurusan, ternyata hanya 0,3 persen mereka yang tahu hotspot, selebihnya tidak. Ini menimbulkan banyak pertanyaan, mengapa kampus yang sudah menjalankan cyber campus sejak lama dan segala transaksi yang berhubungan dengan kademiknya telah menggunakan akses internet masih terjadi seperti ini? Apakah ini bukti ketidakberhasilan kaum akademika dalam mentransformasikan pengetahuan pada anak didiknya, kurang sosialisasi atau memang mahasiswanya sendiri yang tidak proaktif untuk banyak tahu tentang perkembangan teknologi? Padahal hampir semua kampus besar BSI sudah dilengkapi dengan Wi-Fi access point (hotspot zone). Oleh karenanya, mari pertanyaan di atas jawab bersama dengan cara sosialisasi yang baik, entah melalui organisasi-organisasi kampus, pihak senat akademika sendiri maupun lewat pamflet-pamflet.-*kriska/@z*/amq
Tidak ada komentar:
Posting Komentar